Annyeong Haseyo :)

Mix and Match Berita Ada Disini ^^

Selasa, 11 Oktober 2011

Bandara Rawan Pencurian

Wednesday, 05 October 2011

TANGERANG– Sistem keamanan parkir Bandara Internasional Soekarno- Hatta patut dipertanyakan. Dalam satu hari kemarin, tiga mobil yang diparkir di bandara terbesar di Tanah Air tersebut dilaporkan hilang.

Tiga mobil yang berjenis sama, Toyota Avanza, hilang saat berada di area parkir Terminal 1A, 1B, dan 1C. Pihak bandara belum bisa memberi keterangan terkait kasus tersebut.Deputi Senior Manajer Bandara Soekarno- Hatta Mulya Abdi yang dikonfirmasi mengaku terus berkoordinasi dengan petugas Polres Bandara Soekarno-Hatta untuk mengungkap kasus ini.

”Kami minta waktunya. Kalau hari ini (kemarin), kami tidak bisa memberikan keterangan. Kami sedang kumpulkan data untuk menjawab ini semua besok (hari ini),”ujar Mulya Abdi, kepada wartawan,kemarin. Berdasar keterangan kepolisian, mobil yang hilang di Terminal 1A bernomor polisi B 1582 NFU atas nama Abdullah Irwanto.Mobil ini masuk parkir pada Jumat (30/09).

Sedangkan yang di Terminal 1B mobil Avanza bernomor polisi B 1308 PFN atas nama Pasek Suartha yang masuk parkir pada Minggu (2/10),sementara yang hilang di Terminal 1C Avanza F 1665 LG milik Muh Nazmi yang diparkir sejak Sabtu (1/10).

Ketiga korban merupakan penumpang pesawat. Kasat Reskrim Polres Bandara Soekarno-Hatta Kompol Roberto Pasaribu menjelaskan, walaupun di area parkir bandara sudah ada closed circuit television (CCTV), pelaku sulit dikenali karena gambar di lokasi parkir tidak terlalu bagus.

Kendati demikian,pihaknya mencurigai suatu sindikat dan kini tengah dalam penyelidikan. Dari informasi yang dihimpun SINDO di lapangan, sindikat pencuri diduga memanfaatkan jalan tikus untuk keluar dari lokasi parkir. Jalan tikus yang dimaksud adalah jalur keluar dari lokasi parkir tanpa melintasi pos parkir untuk keluar.

Celakanya,PT Angkasa Pura II diduga lupa menutup kembali jalan tersebut dan hanya menggunakan batu untuk menutupnya. ”Bagaimana tidak hilang, sudah pasti ada yang memantau jalan tikusnya. Jalan tikus itu baru tadi ditutup sama orang Angkasa Pura.Ada dua jalan tikus, yang pertama depan VVIP, yang kedua di ujung Terminal 1C. Lewat sana tidak akan melewati penjaga parkir untuk membayar parkir,” ujar seorang tukang ojek yang enggan disebutkan namanya.

Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menilai bandara akan dengan mudah kebobolan jika tidak melakukan eksklusivitas terhadap kawasan. Kawasan bandara yang berpredikat internasional sudah seharusnya dibatasi dari akses masyarakat umum.

‘’Tujuannya untuk memudahkan pengawasan dan kontrol terhadap kegiatan di kawasan tersebut. Selama ini kawasan bandara belum terbatasi dari kegiatan yang berhubungan dengan penerbangan,’’ katanya.

Reza menjelaskan,pencurian mobil merupakan jenis kejahatan properti yang terpola. Pemahaman pelaku akan pola sangat baik, baik pola dari otoritas keamanan maupun target atau pemilik kendaraan. Pelaku pencurian bahkan lebih memahami pola ini dibandingkan pihak keamanan.

“Bila data kehilangan mobil sudah mencapai sehari tiga kali, patut diduga sudah terbangun pola kejahatan yang tersusun baik.Pelaku belajar dengan baik, tapi aparat tidak siap dengan pola pengamanannya,” ungkapnya.

Melihat kondisi seperti itu, petugas keamanan seharusnya mengevaluasi kejadian yang berulang ini untuk mempelajari pola pelaku kejahatan.Dengan memahami pola kejadian di lapangan ini, petugas keamanan dapat melakukan pencegahan atau peningkatan kewaspadaan.

Paling tidak dapat meminimalkan peluang karena memiliki pola data kejahatan ranmor. “Sayangnya petugas keamanan kita tidak terbiasa bekerja dengan profiling system atau mendata dan menganalisis data,”tandas Reza.

Dia juga berani memastikan bahwa pencurian kendaraan bermotor dilakukan secara terorganisasi karena ada pelaku pencuri atau pemetik, penadah, penjual,yang memodifikasi, hingga pemalsuan dokumennya.

” Jauh lebih terorganisir dibandingkan kejahatan lain.Sebab itu, aparat keamanan harus lebih terorganisasi untuk mengimbanginya, termasuk mencurigai keterlibatan dari pihak dalam,’’ ujarnya.

Sementara itu,Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menegaskan, pengguna jasa parkir merupakan konsumen yang berhak terhadap pelayanan keamanan dan keselamatan. “Kalau dirugikan, konsumen dapat mengaduke pengelola,minimal mendapatkan penjelasan,” katanya.

Bahkan konsumen juga dapat meminta ganti rugi. Tingginya angka kehilangan di lokasi parkir bandara ini, menurutnya, harus menjadi catatan bagi pengelola. Dia mengaku YLKI memiliki cukup banyak angka aduan masyarakat pengguna jasa parkir meski tidak ingat jumlah pastinya.

Kepala Bidang Media Avanza - Xenia Indonesia Club (AXIC), Syakur Usman, menjelaskan jenis kendaraan Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza rawan pencurian karena sangat populer di Indonesia. Dia menunjuk angka penjualannya yang mencapai 12.000–15.000 kendaraan per bulan.

Menurut dia, kendaraan jenis ini populer karena ekonomis dan berkapasitas cukup besar.Namun,kepopulerannya membuat kendaraan ini kerap menjadi incaran sindikat pencurian kendaraan bermotor (ranmor).“Maling cari yang populer biar mudah dijual,” lanjutnya.

Karena fakta itu, anggota klub AXIC saat ini pun sudah mulai memasang GPS tracker secara sembunyi. Dari data milis AXIC,angka kehilangan jenis mobil ini sangat tinggi. Lokasi yang kerap terjadi pencurian adalah Jakarta Timur dan Bekasi.Wilayah rawan lainnya adalah Kebayoran Baru,Jakarta Selatan; Tanjung Duren, Jakarta Barat; dan Depok.

“Satu hari bisa tiga kali aduan kehilangan,bahkan lokasi kejadiannya cukup berdekatan,” bebernya. Syakur menjelaskan, pergerakan sindikat pencuri mobil tergolong sangat cepat. “Pernah suatu kali kendaraan anggota yang dipasangi GPS tracker dicuri di Bekasi, besoknya terpantau sudah di Jawa Timur,”ungkapnya. denny irawan/ isfari hikmat

-Zenni-

Sekolah Dasar di Pedalaman Papua : Mereka Butuh Dukungan Kita

Seorang guru SMA di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat, terpaksa menghentikan pelajaran yang baru saja dimulainya. Sakit kepala berat tiba-tiba saja menyerangnya, setelah ia menunjuk beberapa muridnya untuk membaca. Segera ia tinggalkan kelas, masuk ke ruang guru dan menelan dua tablet obat sakit kepala. Ia begitu shock ketika menghadapi kenyataan, muridnya belum lancar membaca. Hari itu adalah hari pertamanya mengajar di Papua.



Kalau pada tingkat SMA saja masih ada murid yang belum lancar membaca, tentulah di tingkat SMP lebih banyak lagi siswa yang belum lancar membaca. Rupanya beban mengajar para guru SMP di Papua tidaklah ringan. Buruknya kondisi pelayanan pendidikan dasar di Papua memaksa mereka untuk mengambil sebagian besar tanggung jawab yang harusnya diemban oleh para guru SD, yaitu membuat anak-anak lancar membaca.


Beratnya beban guru membuat para guru SMP juga tidak tuntas dalam menyelesaikan masalah yang ditinggalkan para guru SD. Tidak ada pilihan bagi para guru SMP selain menyerahkan sisa masalah itu kepada guru SMA. Artinya, meskipun siswa di SMP-nya belum lancar membaca, mereka tetap saja melepaskan siswanya untuk melanjutkan pendidikan ke SMA.





Rendahnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan dasar memaksa para guru harus berbagi beban. Guru SD menyerahkan masalah untuk diselesaikan guru SMP dan guru SMP meneruskan masalah tersebut kepada guru SMA. Anda tentu bertanya, apa yang sebenarnya terjadi dengan sekolah dasar di Papua?



Ketika mengunjungi kampung-kampung di kabupaten Maybrat dan menyaksikan sendiri bagaimana kondisi sekolah dasar di sana, sulit bagi kami untuk percaya bahwa anak-anak yang tengah bersekolah SD di kampung-kampung itu benar-benar warga negara RI yang sudah 66 tahun merdeka. Sebab selain kibaran bendera merah putih yang sudah koyak dan pudar warnanya, kami tidak temukan tanda-tanda lain bahwa mereka itu adalah bagian dari Indonesia. Yang tampak menonjol dari kondisi sekolah SD di sana adalah fenomena bahwa sekolah mereka ditelantarkan. Padahal semangat para orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka sangat tinggi. Sayang, semangat ini tidak didukung oleh perhatian pemerintah terhadap kualitas layanan pendidikan dasar. Berikut adalah sedikit gambaran tentang kondisi sekolah dasar di kabupaten Maybrat.



SD di Kampung Seiya


Sekolah dasar di kampung ini sudah berjalan sejak 1952, bersamaan dengan berdirinya kampung Seiya. SD yang dibangun oleh Belanda ini biaya operasionalnya dulu juga disubsidi oleh Belanda. Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah dasar bagi lebih dari 134 KK dan 459 warga kampung Seiya. Warga di kampung ini mengaku, SD di kampung mereka sudah mencetak banyak lulusan yang menjadi sarjana.



Sayangnya kualitas pendidikan di SD ini semakin lama semakin merosot justru setelah berada dalam pengelolaan pemerintah RI. Sejak 2001 proses belajar mengajar di sekolah ini tersendat. Bahkan dari tahun 2005 sampai 2010 proses belajar mengajar praktis terhenti karena tidak ada guru. Hanya ada kepala sekolah yang merangkap sebagai guru. Guru yang hanya satu inipun sudah lama tidak hadir. Proses belajar mengajar macet dan siswanya terlantar. Sekitar 30 anak yang tengah menempuh pendidikan di SD itu akhirnya putus sekolah. Hanya ada tiga anak di kelas 6 yang masih terus bersekolah karena orang tua memindahkan mereka ke SD di kampung lain. Kondisi ini membuat kepala kampung mendatangi bupati, dinas pendidikan dan Uskup (kepala gereja setempat).



Pada tahun 2010 proses belajar mengajar di SD ini mulai berjalan kembali setelah seorang pastor (rohaniwan Katolik) sukarela menjadi kepala sekolah dan mengajar di sekolah itu bersama seorang guru honorer. Namun gaji guru honorer inipun tersendat. Enam bulan berturut-turut guru honorer mengajar tanpa gaji. Demi menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar, masyarakat akhirnya bergotong royong mengumpulkan uang untuk membayar gaji guru honorer.


Selain ketiadaan guru, masalah lain yang dihadapi sekolah ini adalah ruang kelas dan buku. Rombongan belajarnya ada enam, tetapi ruang kelasnya hanya ada tiga. Jadi satu kelas dipakai untuk dua rombongan belajar. Kantor guru pun tidak ada. Selain itu juga tidak ada buku paket untuk siswa. Bahkan buku pegangan untuk guru pun tidak ada.


Kampung Seiya sendiri adalah kampung terjauh di distrik Mare, berjarak 30 Km dari kampung Sire. Jarak tempuh yang jauh dan minimnya sarana prasarana sekolah serta minimnya fasilitas untuk guru, membuat guru tidak betah mengajar di kampung ini. Ini yang membuat proses belajar mengajar di SD Seiya berjalan seadanya. Para orang tua di kampung ini merasa jadi korban pemerintah yang kurang memberikan perhatian terhadap pendidikan dasar. Ada orang tua yang mengaku anaknya baru bisa masuk SMP setelah berumur 15 tahun. Ketiadaan guru dan tersendatnya proses belajar mengajar membuat anaknya terlambat masuk SD. Setelah lulus SMP anaknya memutuskan untuk tidak melanjutkan ke SMA. Ia malu karena umurnya sudah lewat.


SD di Kampung Sun


Tahun 1999/2000 kampung Sun mulai berdiri dan sejak saat itu pula berdiri sekolah dasar darurat yang dibuat warga dari bilik bambu. Meski sudah dibangun sejak tahun 2000, namun proses belajar mengajar baru berjalan tahun 2001. Waktu itu hanya ada satu guru yang mengajar. Tapi kemudian guru ini dipindahkan. Tahun 2002-2008 pendidikan berjalan tersendat dan pada akhirnya mandeg karena tidak ada guru. Masyarakat kemudian pergi ke Sorong Selatan menghadap dinas pendidikan. Mereka bicara soal pendidikan di kampung mereka.


Pada tahun 2007 masyarakat berswadaya untuk membangun ruang kelas, mengganti bilik bambu menjadi bangunan permanen. Tahun 2008 bangunan sekolah berhasil diselesaikan. Setelah ruang kelas berdiri, masyarakat menghadap dinas pendidikan agar sekolah mereka diberi tenaga guru. Tahun 2009 ada tenaga guru yang ditempatkan di kampung ini.


Sebelum ada tenaga guru tetap, siswa di SD ini diajar oleh seorang warga kampung yang secara sukarela mengajar anak-anak. Tenaga sukarela ini mengajar dari tahun 2007 sampai 2009. Tahun 2009 guru sukarela ini berhenti mengajar karena diangkat PNS dan ditempatkan di kecamatan lain.


SD di kampung ini sebelumnya hanya menyelenggarakan pendidikan sampai kelas 3. Untuk melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi mereka harus pergi ke SD induk yang yang ada di ibukota distrik. Namun sejak 2008/2009 SD ini mulai menyelenggarakan pendidikan untuk siswa kelas 4 dan 5. Kelas 6 baru dibuka pada tahun 2010.


Sekarang ada dua guru di SD ini. Satu guru merangkap sebagai kepala sekolah. Meski sudah ada dua guru tetap, tetapi proses belajar mengajar belum juga berjalan lancar. Kehadiran guru masih menjadi masalah. Warga mengaku, dalam satu tahun hanya 3-4 bulan saja guru hadir mengajar. Selebihnya, guru pergi ke kota dan meninggalkan sekolah, entah untuk urusan dinas atau urusan keluarga.


Selain kehadiran guru, buku juga jadi masalah. Buku paket untuk murid dan buku pegangan untuk guru sangat tidak memadai, baik dari segi kurikulum, keutuhan kondisi buku, maupun jumlahnya. Meski guru sering tidak hadir dan buku tidak cukup tersedia, tapi anehnya saat ujian nasional siswa di SD ini lulus 100 persen. Padahal anak-anak menghadapi ujian nasional tanpa persiapan belajar karena guru tidak ada, buku juga tidak ada. Guru baru datang beberapa hari menjelang pelaksanaan ujian. Masyarakat dibuat tidak mengerti dengan kelulusan yang 100 persen ini.


Rendahnya kualitas pendidikan dasar di sini membuat anak-anak dari kampung Sun yang melanjutkan SMP di kota (Sorong) seringkali merasa minder karena pelajaran mereka tertinggal jauh dari anak-anak kota. Rasa minder ini seringkali juga membuat anak-anak dari kampung ini memutuskan untuk meninggalkan sekolah. Mereka merasa kesulitan untuk mengejar ketertinggalan pelajaran dengan siswa yang bersekolah di kota. Kondisi ini sangat disayangkan mengingat anak-anak kampung itu sebenarnya pintar. Tapi karena proses belajar mengajar di SD tidak lancar, akhirnya mereka yang jadi korban.


SD di Kampung Mosun



SD di kampung ini kondisinya lebih baik daripada SD di dua kampung pertama. Ada 4 tenaga guru yang mengajar di sana, terdiri dari kepala sekolah, dua guru tetap dan satu guru honorer. Kepala sekolah dan guru semuanya asli anak kampung setempat. Ruang kelas juga ada enam, jadi setiap rombongan belajar menempati satu ruang kelas.




Meski sudah ada 4 tenaga guru, tapi tetap saja guru dirasa kurang. Kepala sekolah sendiri mengajar tiga kelas (kelas 1,2, dan 3). Itulah mengapa ruangan di kelas 1,2, dan 3 dibuat tanpa sekat. Dengan cara demikian, guru bisa dengan mudah mengawasi dan pergi dari satu kelas ke kelas yang lain. Berbeda dengan dua SD yang terdahulu, kepala sekolah di SD ini lebih punya komitmen dan dedikasi terhadap pendidikan. Ini yang membuat kepala sekolah mengambil tanggung jawab untuk mengajar kelas 1,2, dan 3, yang menurutnya lebih butuh perhatian. Dengan mengambil tiga kelas pertama, kepala sekolah di SD ini punya target, siswa yang duduk di kelas 4 sudah lancar membaca.


Meskipun jumlah guru relatif mencukupi dibandingkan SD di dua kampung lainnya, bukan berarti tidak ada lagi masalah di SD ini. Seperti dua SD sebelumnya, SD di sini juga menghadapi kendala ketiadaan buku paket untuk para siswa. Sebenarnya ada dana BOS yang bisa dipakai untuk beli buku. Namun pada kenyataannya dana BOS tidak mencukupi untuk beli buku. Pemberian dana BOS itu sendiri tidak memperhitungkan besarnya transportasi untuk pembelian perlengkapan belajar mengajar. Padahal membeli perlengkapan itu harus ke kota dan biaya transportasinya mahal sekali. Sekali jalan Rp 350.000.


Guru SD tidak mendapatkan fasilitas transportasi yang memudahkannya dalam menjalankan tugas. Sementara dalam dana BOS juga tidak ada komponen untuk membiayai transportasi guru untuk keperluan dinas. Jadi kalau ada keperluan dinas di kabupaten, guru harus membiayai sendiri transportasinya.


Sebelum ada dana BOS, kepala sekolah, guru, dan masyarakat di kampung ini bergotong royong membayar guru honorer. Bahkan Kepala sekolah dan guru di SD ini secara sukarela menyerahkan gajinya Rp 50.000 – Rp 100.000 setiap bulan untuk membayar gaji guru honorer. Padahal gaji kepala sekolah hanya Rp 2 juta dan setelah dipotong macam-macam, setiap bulan gajinya tinggal tersisa Rp 1 juta untuk membiayai hidup keluarganya. Tingkat kesejahteraan guru SD sangat rendah. Selain gaji yang tidak mencukupi, sudah 11 bulan lebih guru belum terima jatah beras, uang lauk pauk dan insentif. Tidak heran kalau guru juga harus berkebun dan mencari tambahan penghasilan guna menutupi kekurangan. Fasilitas untuk tempat tinggal guru juga tidak ada. Para guru masih numpang tinggal pada warga.


SD di Kampung Konja


Sekolah Dasar di kampung ini sudah berjalan sejak tahun 1961. Hanya saja SD ini baru menyelenggarakan pendidikan untuk kelas 5 dan 6 tahun tahun 2005/2006. Sebelumnya hanya ada kelas 1 sampai kelas 4 karena sekolah ini statusnya masih SD basis, yang menyelenggarakan pendidikan hanya sampai kelas 4. Untuk melanjutkan ke kelas 5 dan 6 murid SD ini harus pergi ke SD induk yang ada di Ayawasi.


Sejauh ini proses belajar mengajar berjalan lancar karena tenaga guru lebih banyak daripada di SD lainnya. Ada enam guru – termasuk kepala sekolah – yang berstatus PNS. Selain guru tetap, ada juga guru relawan yang mengajar tanpa dibayar. Bahkan di sini ada guru relawan yang sudah 10 tahun mengajar. Guru yang mengajar di SD ini adalah juga warga kampung setempat. Karena itulah sekolah di sini tidak punya masalah dengan mangkirnya guru. Sebab para guru yang mengajar di sekolah ini punya komitmen dan dedikasi tinggi terhadap pendidikan di kampung mereka. Mereka punya prinsip, mengajar di sekolah kampung seperti membangun kampung sendiri.



Terkait dengan tenaga guru, masalah yang dihadapi SD di kampung ini bukanlah ketiadaan atau ketidakhadiran guru tetapi usia para guru yang sudah mendekati pensiun. Padahal sampai sekarang belum ada tenaga guru muda yang diharapkan dapat menggantikan mereka. Selain itu, fasilitas bagi para guru juga minim. Para guru belum punya rumah. Mereka masih tinggal menumpang di rumah-rumah warga. Kesejahteraan guru sangat rendah, sehingga guru terpaksa harus berkebun untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Sama seperti di SD lainnya, listrik tidak ada, demikian juga dengan buku-buku yang menunjang kelancaran belajar mengajar. Buku paket yang ada sudah kadaluwarsa, tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum sudah beberapa kali berubah, sementara buku pegangan guru dan buku paket untuk murid dari dulu belum juga diganti.


Relatif lancarnya proses belajar mengajar di sini tidak terlepas dari peran masyarakat yang aktif mendukung kelancaran proses belajar mengajar. Dukungan masyarakat terhadap pendidikan dasar diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti swadaya menambah ruang kelas, pengadaan mebel (kursi dan bangku), pengadaan buku pelajaran untuk siswa, dan lainnya. Kalau tidak ada dukungan dari masyarakat, bisa jadi proses belajar mengajar juga akan tersendat seperti yang terjadi pada SD di kampung lain, mengingat dana BOS tidak mencukupi untuk membiayai operasional sekolah.


Bayangkan saja pada tahun 2008 pemerintah memberikan bangku sekolah untuk SD di sini tanpa dilengkapi dengan kursi. Anak-anak pergi ke sekolah dengan membawa kursi sendiri. Kondisi ini membuat masyarakat bergotong royong membeli kursi untuk sekolah. Demikian juga dengan buku. Dengan dana BOS, sekolah hanya bisa membeli dua buku. Buku lainnya dibeli dari dana yang dikumpulkan oleh masyarakat. Bahkan pelaksanaan ujian nasional dan ujian sekolah pun dibiayai oleh masyarakat. Untuk mendapatkan dana bagi sekolah di kampung mereka, masyarakat memutuskan untuk membuat lelang hasil buruan, menarik sumbangan sukarela dari warga masyarakat yang bukan orang tua murid, dan menarik sumbangan wajib dari para orang tua murid.


Solidaritas


Meski hanya sedikit yang kami paparkan, namun yang sedikit ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi sekolah dasar di pedalaman Papua. Sebab meskipun ragam masalah yang dihadapi sekolah-sekolah di pedalaman Papua berbeda-beda, namun perbedaan itu punya akar yang sama, yaitu miskinnya komitmen pemerintah terhadap kualitas pendidikan dasar di pedalaman. Semangat anak-anak untuk belajar dan animo masyarakat terhadap pendidikan seperti bertepuk sebelah tangan.





Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi pendidikan dasar bagi anak-anak di daerah pedalaman. Anak-anak di pedalaman itu butuh dukungan dan solidaritas kita. Kita bisa berbuat sesuatu bagi mereka. Kami sendiri juga tidak akan menutup mata. Kami tengah berupaya melakukan sesuatu untuk mereka.
Bila anda punya usulan atau apapun yang bisa mendukung upaya kami dalam membantu mereka, jangan ragu untuk menghubungi kami via email: ecosoc@cbn.net.id atau via telepon/fax (021-8304153) atau datang langsung ke kantor kami (Institute for Ecosoc Rights, Jl. Tebet Timur Dalam VI-C/17 Jakarta 12820). Dukungan dalam bentuk buku (buku pelajaran dan buku bacaan), alat tulis dan alat peraga bisa dikirimkan langsung ke mitra kerja kami : Albertus Bambang Buntoro (SPVD) d/a Keuskupan Manokwari‐Sorong, Jln. Jenderal A. Yani No. 83, Kotak Pos 183 Sorong 98413 Papua Barat.

(Sunny)

-Zenni-

Lee Min Ho oppa :* saranghae

Fakta Tentang Pria [Ladies wajib liat] .. ??

Ada yang bilang, pria dan wanita itu berbeda. Tak hanya fisik, tetapi juga bagian

dalamnya. Wanita kadang mengalami kebuntuan mengenai cara menghadapi

pasangan, begitu pun sebaliknya.



1. Pria juga punya kebutuhan seperti wanita

Di luar, ia boleh saja tampak gagah, tegar, dan tak banyak emosi, padahal di

dalamnya, menurut Huemer dan Winas, pria tak terlalu jauh dari wanita. Pria juga

butuh rasa hormat, pujian, minat, dukungan, kata-kata penguatan, kerjasama,

pengertian, cinta, waktu untuk sendiri, dan lainnya.



2. Hormat

Jika Anda mendapati seorang wanita yang tak menghormati suaminya, dan Anda

akan mendapati seorang suami yang sedang bersiap untuk pergi dari sisi istrinya.

Menurut Huemer dan Winas, jika seorang pria tidak mendapati rasa hormat dari

istrinya, ia akan mencarinya dari orang lain.

3. Apresiasi

Apa cara terbaik untuk membuat pria ingin membahagiakan Anda? Jawabannya,

kepercayaan diri si dia. Pria secara konstan butuh diingatkan mengenai seberapa

hebat dirinya. Jika Anda memintanya mencuci piring kotor, meski kurang bersih,

jangan lupakan niatnya. Merengek dan memarahinya tak akan membantu keadaan

ataupun membuatnya mengerti.

4. Ketertarikan Anda

Bayangkan Anda hidup bersama orang yang tidak menyukai apa pun pekerjaan Anda.

Ia pun begitu. Ia ingin Anda bisa menghargai atau setidaknya menunjukkan sedikit

ketertarikan atas apa yang ia sukai atau kerjakan. Anda tak perlu lalu mendalami

betul-betul hobi atau ikut-ikutan menyukai hobinya. Tetapi setidaknya pahami

luarannya agar bisa memberi sedikit komentar. Misal, sepulangnya ia dari kantor,

Anda bisa tanyakan kabar dari proyek yang sedang ia kerjakan. Jika ia mengeluhkan

atas hari yang melelahkan, dengarkan, tak perlu selalu punya saran bagus, kok.

Kebanyakan kali, ia hanya butuh orang yang benar-benar mendengarkan dan

mengerti kesulitan yang ia hadapi.

5. Pria butuh dukungan dan penguatan

Dijadikan sandaran orang terus menerus tentu adalah hal yang melelahkan.

Seseorang yang kuat sekali pun pasti akan butuh tempat untuk bersandar pula.

Menurut Huemer dan Winas, jika Anda menghormati seorang pria, ia akan mendukung

Anda. Ketika Anda mendorongnya untuk meraih mimpi dan tujuan hidupnya, ia akan

berusaha segenap tenaga. Sering tercetus dari para orang-orang kenamaan, bahwa di

balik pria yang hebat, ada wanita hebat yang mendukungnya.

6. Pria butuh kerjasama

Dengan kata lain, pria tak butuh orang yang menyuruh dan mendiktenya melakukan

apa yang seharusnya ia lakukan. Yang bisa Anda lakukan adalah memanipulasinya

dengan membuatnya berpikir bahwa ialah yang datang dengan ide yang "secara tak sengaja",

sejalan dengan keinginan Anda. Pria akan menyukai berada dalam sebuah hubungan yang

saling, dan bekerja sama seperti sebuah tim, tidak berada dalam hubungan yang membuatnya

merasa seperti anak kecil atau anak buah.

7. Dimengerti

Bukan hanya perempuan yang butuh dimengerti. Saat akhirnya ia berani membuka mulutnya

untuk bercerita kepada Anda, manfaatkan waktu tersebut untuk benar-benar mengerti dirinya

, dengarkan dengan baik. Komunikasi yang baik antara pasangan adalah kunci untuk mengeratkan

hubungan.

8. Pria butuh cinta

Kita semua tahu, pria butuh seks. Tetapi cinta tak sekadar seks. Cinta itu berkaitan dengan

sentuh, tatap, kecup, dan meninggikan egonya. Saat Anda bisa memberikan kebutuhannya,

ia akan dengan sukarela memenuhi kebutuhan Anda.



9. Waktu sendiri

Pria butuh kesempatan untuk bisa bersenang-senang dengan hal lain, seperti melakukan hobi,

berkumpul bersama sahabatnya, atau membaca koran. Berikan kesempatan dan izinkan ia untuk

melakukan apa yang ia sukai. Jika Anda melakukan hal ini, waktu yang akan Anda dan ia lewati

bersama akan terasa lebih spesial.

10. Pria butuh perhatian

Anda mungkin mengira pria bukan tipe yang teliti seperti wanita, tetapi sebenarnya pria juga

memerhatikan bagaimana pasangannya memenuhi kebutuhannya, karena, seperti di poin

pertama, pria itu "needy".

(sri nina)

-Zenni-

Jenis dan Ciri Keputihan .. wanita wajib tau ..

Keputihan adalah penyakit yang banyak diderita kaum wanita yang

ditandai dengan keluarnya cairan bukan darah dari vagina. Ada dua

jenis keputihan yang dikenal di dunia medis yaitu keputihan normal

dan keputihan abnormal.

Keputihan normal adalah jenis keputihan yang terjadi secara normal

sebagai bagian dari siklus reproduksi wanita, contohnya adalah keputihan

yang terjadi saat:

Melahirkan bayi, Saat mendapatkan haid pertama kali, Menjelang haid,

Saat mengalami ovulasi, Alergi kondom, Mengidap penyakit menahun,

Gangguan jiwa, Radang leher rahim,
Terangsang oleh aktifitas seksual

Keputihan abnormal adalah keputihan yang disebabkan oleh kuman dan

parasit. Keputihan abnormal berwarna kehijauan, kental, gatal dan berbau.

Biasanya muncul flek kekuningan yang membekas di celana dalam.

Parasit penyebab keputihan tersebar bebas di alam dan bisa menjangkiti

wanita karena gaya hidup yang tidak sehat, air cebok yang tidak bersih,

atau karena tertular di toilet umum.

Keputihan tidak akan sembuh jika pengobatan tidak tuntas dilakukan.

Bibit penyakit masih ada tapi pengobatan sudah dihentikan. Karena itu

dalam setiap pengobatan keputihan harus dipastikan bahwa bibit penyakit

sudah hilang semua.

(sri nina)

-Zenni-

3 cara merawat vagina agar harum dan wangi ..

Berikut 3 cara lain untuk menjaga kesehatan vagina:

1. Beberapa wanita memiliki kebiasaan untuk melakukan douching

(membersihkan vagina dengan menggunakan alat tertentu) usai masa

menstruasi. Alasannya? Agar darah kotor yang keluar saat menstruasi

bisa dibersihkan secara maksimal. Padahal, sesungguhnya menstruasi

adalah proses alami yang tidak kotor. Sebaiknya lakukan douching atas

rekomendasi dokter. Salah membersihkannya, malah bisa membunuh

bakteri baik yang sebenarnya dibutuhkan vagina.

2. Hindari kebiasaan menggunakan wewangian pada area intim. Hal ini

termasuk saat kita memilih pembalut tipis (panty liner). Sekarang banyak

ditemukan panty liner yang disertai wewangian, untuk menjaga aroma area

intim kewanitaan kita. Kemungkinan reaksi yang bisa terjadi setelahnya

adalah iritasi atau alergi. Untuk pemilik kulit sensitif, hindari pemakaian

cairan pelembut pakaian pada saat mencuci pakaian dalam. Sebaiknya

gunakan sabun yang lembut dan bebas aroma.

3. Jangan menggunakan panty liner sepanjang hari. Meskipun Anda rajin

menggantinya, hal ini mengakibatkan iritasi pada vagina. Kalau cairan

yang keluar dari area intim kewanitaan Anda sudah sangat berlebihan,

segera kunjungi dokter spesialis kulit dan kelamin.

(sri nina)

-Zenni-

ingin punya payudara indah??

Memiliki payudara padat berisi adalah dambaan sejumlah orang. Mereka

yang bernyali besar mengandalkan meja operasi untuk menyuntikkan

cairan silikon. Padahal, ada cara lebih alami untuk mengencangkan

otot payudara sehingga terkesan lebih padat dan berisi.

Seperti dikutip dari laman Times of India, kuncinya adalah estrogen

dalam tubuh. Konsumsilah makanan yang dapat merangsang produksi

estrogen seperti biji rami, kacang kedelai, bahkan tahu.

Estrogen adalah hormon wanita yang bertanggung jawab membuat

tubuh terlihat lebih berisi, termasuk memengaruhi ukuran payudara.

Hormon ini juga mempengaruhi pikiran banyak wanita terhadap

pertumbuhan payudaranya.

Selama masa pubertas, hormon ini berperan penting dalam

mencipta perubahan fisik dari anak remaja menjadi seorang wanita

dewasa. Rangsangan estrogen mulai terjadi saat mengalami menstruasi.

Saat itulah lekuk tubuh mulai terbentuk dan payudara mulai tumbuh.

Usia 12-16 tahun adalah masa puncak pertumbuhan 'aset' wanita.

Selepas itu, tingkat estrogen dalam tubuh secara dramatis berkurang

seiring lenyapnya masa pubertas, sehingga ukuran payudara juga

memasuki fase stabil atau tetap. Ini berarti, untuk membuat payudara

lebih berisi secara alami, perlu konsumsi lebih banyak 'estrogen'.

Jadi sekarang memiliki payudara yang lebih padat dan berisi bukanlah

fantasi. Hindari cara yang membahayakan seperti suntik silikon atau

operasi pembesaran payudara. Dengan diet sehat konsumsi makanan

peningkat estrogen, Anda bisa tampil percaya diri dengan payudara indah

alami.

(sri nina)

-Zenni-

4 cara menghilangkan bau badan secara alami ..

1. Keringkan tubuh sehabis mandi.
Penyebab bau badan sebenarnya adalah karena adanya kolaborasi antara

keringat anda dan bakteri yang mati di tubuh anda. Jadi Setelah mandi sebaiknya

anda mengeringkan sekering-keringya seluruh tubuh anda terutama bagian Ketiak

anda, dengan begitu jumlah bakteri di tubuh anda akan berkurang.


2. Gunakan 3 Handuk
Inilah yang jarang dilakukan oleh orang di Indonesia, kebanyakan kita hanya

memiliki 1 handuk untuk mandi. Idealnya adalah kita memiliki 3 buah handuk.

1 handuk untuk bagian muka, 1 lagi untuk bagian badan, dan 1 lagi untuk bagian

kaki. Kenapa? karena apabila anda menggunakan handuk hanya 1 buah saja maka

anda bakteri dari tubuh anda dari kaki akan tersebar samapai ke badan atau muka,

begitu pun sebaliknya. Sehingga menyebabkan anda bau badan. Cara ini sudah

dilakukan di negara-negara maju yang duah paham betul arti kebersihan.

3. Kurangi makan daging.
Saya biasanya perhatikan diri saya , ketika saya memakan daging atau makanan

berlemak lainnya maka bau keringat saya akan menjadi tajam, tetapi kalau saya

makan sayur-sayuran maka bau badan saya jadi kurang tajam.

4. Kurangi produksi keringat.
Kita tidak bisa mendeteksi keberadaan bakteri yang berada di dalam tubuh kita

karena ukurannya yang sangat kecil. Jadi Usahakan anda kurang berkeringat atau

anda langsung mengeringkan keringat anda bila berkeringat

(sri nina)

-Zenni-

Resep Ayam Goreng Rempah Kelapa

Ayam goreng yang satu ini merupakan salah satu menu lauk favoritku. Rasanya yang enak dan gurih memang cocok dimakan selagi panas dengan nasi yang panas pula. Apalagi jika disandingkan dengan sambal terasi ataupun saus sambel, hmm… pasti bertambah deh nikmatnya.

Bahan Ayam Goreng Rempah Kelapa:

1 kg ayam, potong sesuai selera
1 butir telur ayam
1 bungkus masako ayam
penyedap scukupnya
garam secukupnya
kelpa parut dari setengah butir kelapa

Bumbu yang dihaluskan:

1 ruas jari jahe
1 ruas jari lengkuas
2 ruas jari kunyit
1 sdm adas
1 sdm jinten
2 sdm ketumbar

Cara Membuat Ayam Goreng Rempah Kelapa:

Campurkan ayam dengan bumbu halus, telur, kelapa, dan bahan lainnya. aduk sampai rata.
biarkan 30 menit. goreng ayam bersama bumbu rempah dalam minyak panas hingga matang atau kuning kecoklatan.
angkat, tiriskan dan sajikan.


(doyan-masak.info)

-Zenni-

Rektor UI dan Penyuapan Media

Rektor UI dan Penyuapan Media

Salah satu karakter utama Rektor UI Prof, Gumilar Sumantri adalah kepeduliannya pada citra dirinya serta kesediaannya untuk membayar mahal biaya pembangunan citra diri itu. Sayangnya, seringkali dengan merogoh uang dari kocek publik.

Salah satu kasus yang mencoreng wajah UI adalah terungkapnya kasus 'penyuapan' media yang dilakukan Rektor dengan menggunakan uang UI.

Pada September 2010, UI membayar majalah Eksekutif sebesar Rp. 44 juta sebagai biaya penulisan wawancara utama 8 halaman tentang Rektor plus cover depan berisi foto Rektor (Eksekutif edisi 370/ September 2010).

Kasus ini sebenarnya tidak akan diketahui orang kalau saja tidak ada seorang karyawan bagian keuangan UI merasa tidak tahan dengan kesewenang-wenangan penggunaan uang UI oleh sang rektor dan membocorkannya kepada para dosen. Untuk itu dia bahkan menyajikan data bukti pembayaran dari UI kepada majalah Eksekutif.

Ini mengejutkan banyak pihak karena selama ini sang Rektor memang kerap ditampilkan di media dengan penggambaran sepenuhnya positif. Kalau laporan Eksekutif yang penuh gambaran kehebatan Gumilar sebenarnya merupakan tulisan berbayar (semacam advertorial terselubung), bagaimana pula dengan laporan-laporan media lain?

Liputan sampul majalah Eksekutif berjudul Gumilar R. Somantri: "UI Harus Jadi Motor Perubahan Bangsa" itu memang menjadi ajang bagi sang Rektor memaparkan semua visi hebat dan program-program andalannya, termasuk menjawab semua komentar miring mengenai dirinya. Pihak manapun yang membaca laporan ini rasanya sulit untuk tidak terkesan dengan kalimat-kalimat gagah dari Gumilar. Ia berbicara dengan sangat percaya diri tentang sentralisasi keuangan dan bagaimana banyak pihak menolaknya karena sebelumnya sudah kepalang menikmati kesultanan-kesultanan kecil di berbagai fakultas. Ia bicara tentang UI sebagai world class university. Ia bicara tentang kepeduliannya terhadap mahasiswa miskin. Foto-fotonya, dengan beragam gaya, hadir di sepanjang liputan 9 halaman itu.

Namun karena memang sudah dibayar, Eksekutif tidak menampilkan informasi apapun tentang kenyataan lapangan semua propaganda Rektor itu. Yang ada hanyalah kehebatan pencapaian sang Rektor menurut sang Rektor. Segenap kritik hanya dibicarakan dalam perspektif Gumilar.

Skandal penyuapan media ini mengandung banyak masalah serius.

Pertama, UI telah melakukan praktek penyuapan media yang justru sedang gencar-gencarnya diperangi oleh komunitas media profesional dalam rangka membangun pers yang independen dan objektif yang tak dapat dibeli oleh mereka yang memiliki uang. Penyuapan media semacam ini tak dibenarkan oleh Kode Etik Jurnalistik dan Kode Etik Public Relations, baik di Indonesia mapun di negara demokratis manapun.

Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak lembaga yang memperjuangkan profesionalisme media (misalnya Dewan Pers atau Aliansi Jurnalis Independen) mengkampanyekan penolakan terhadap pemberian uang pada media dan jurnalis. Harap dicatat, yang selama ini menjadi sasaran kampanye adalah pada jurnalis yang merasa berhak menerima uang (amplop) dari narasumber yang diliputnya. Itu biasanya hanya menyangkut dana kecil, ratusan ribu rupiah per liputan. Apa yang dilakukan Rektor UI tak bisa dibandingkan dengan praktek-praktek wartawan amplop semacam itu. UI mengeluarkan dana Rp 44 juta.

Seperti terlihat dalam kasus penyuapan Eksekutif ini, praktek tersebut memang berbahaya. Yang tampil dalam laporan ini adalah sekadar propaganda satu sisi oleh Gumilar untuk membangun imej yang indah mengenai dirinya, seraya menghantami semua pihak yang mengeritiknya.

Kedua, praktek ini juga bertentangan secara mendasar dengan apa yang diajarkan di Departemen Ilmu Komunikasi UI sendiri. Departemen yang memusatkan perhatian pada kajian dan pelatihan keahlian di bidang jurnalistik, PR, iklan, penyiaran dan kmomunikasi media ini pun secara konsisten mengajarkan para mahasiswa untuk memegang teguh prinsip-prinsip dasar profesionalisme pers, antara lain menolak penyuapan media. Dengan membayar Eksekutif, Rektor sebenarnya memberi contoh buruk bagi masyarakat akademis yang digelorakannya.

Pihak UI tentu saja bisa berkilah bahwa langkah tersebut diambil terutama untuk membangun citra Rektor atau UI. Semacam kegiatan kehumasan biasa. Masalahnya, pembangunan citra semacam itu tidak boleh dilakukan dengan praktek penyuapan. Dengan kata lain, kalau UI memang hebat, sebarkan saja informasi tersebut kepada media dan biarkan media menentukan apakah kehebatan UI itu memang pantas diberitakan. Kalau mau, Humas UI bisa saja menyelenggarakan sebuah media event dengan mengundang para wartawan untuk berkunjung dan menyaksikan sendiri kehebatan Gumilar dan UI. Kalau perlu, di ujung acara dan kunjungan, ada kesempatan bagi wartawan untuk mewawancarai Gumilar secara langsung. Masalahnya itu semua tidak dilakukan. Yang dilakukan justru yang melanggar etika, yakni menyuap media.

Bahkan kalaupun UI tetap berkeras ingin membayar Eksekutif, seharusnya itu dilakukan dalam format yang diakui dalam etika jurnalistik, yaitu dalam bentuk advertorial. Masalahnya, laporan berbayar ini disamarkan dalam bentuk liputan sampul berisikan wawancara medalam yang seolah-olah digarap secara independen dan objektif. Baik UI dan Eksekutif jadinya bersama-sama membohongi publik.

Ketiga, praktek memalukan ini didanai oleh dana UI. Dan ini lagi-lagi menunjukkan bagaimana sang Rektor memang lazim memanfaatkan kekuasaannya untuk menggunakan uang publik untuk kepentingan personalnya. Kalau saja, biaya penyuapan media itu diambil dari kantongnya sendiri, paling tidak integritas UI tidak dicederai. Masalahnya, bahkan untuk penyuapan pun Rektor menggunakan uang UI.

(ade armando)

-zenni-